Bukan Ramalan

Rabu, 16 November 2011


Kau tahu, 
Saat seseorang memberitahu masa depanmu, apa yang akan kau lakukan?
Mempercayainya ataukah berbalik mengabaikannya.

Zodiak, ramalan atau apapun sebutan untuknya, tak sedikitpun mengusik hati atau pikiranku saat ini (kecuali sewaktu diriku masih berseragam). Karena di balik semua itu, aku tahu tidak ada kebenaran didalamnya. Semua itu hanyalah permainan otak kecil dalam mensugesti tindakan seseorang sehingga untaian kalimat-kalimat menggoda dapat menjadi kenyataan. 

Sampai kejadian yang aku alami sore temaran tadi. Bukan. Ini bukan ramalan masa depan sebenarnya. Hanya sebuah pemikiran dari seorang atasan di tempatku bekerja. Lelaki paruh baya itu tidak bisa meramal atau memperkirakan masa depan. Dia hanyalah seorang pencermat, yang memungkinkannya mengetahui sifat dan kebiasaan di balik tingkah laku kita sehari-hari. 

Alangkah terkejutnya ketika ia membeberkan beberapa hal kecil tentangku yang hampir bisa di pastikan semuanya benar. Aku tertohok, tentu saja. Perkataannya memang pelan, namun menancap dalam-dalam. Padahal aku tak pernah bercerita tentang hal itu padanya. Dia menasihatiku beberapa hal, terutama tentang pasangan hidupku kelak. Katanya aku belum dewasa, pemikiranku masih terlalu anak-anak yang masih suka main kesana kemari. Dan aku mempunyai kualifikasi yang terlalu tinggi dalam hal pemilihan pasangan hidup. 

Aku mengakuinya, memang. Entah hal tersebut sudah mendarah daging ataukah selama ini aku hanya terbuai oleh novel dan drama-drama melankolis romantis.  Yang mengharapkan datangnya seorang pria tampan yang dapat menbahagiakanku seumur hidup. Cih. Sungguh picisan. 

" A Cinderella Wannabe" 

Tapi bagaimana jadinya jika aku hanyalah seorang  upik abu penuh debu dengan sepenggel serbet kotor, hm? Aku tidak percaya diri, itu kelemahanku. Aku tidak bisa menghargai diriku sendiri. Aku merasa kecil, mahkluk tidak berguna yang tidak bisa apa-apa. Aku tidak cantik secantik miss Universe, tidak langsing selangsing boneka barbie, tidak ada yang bisa di banggakan dalam diriku. Hanya seorang punuk yang merindukan bulan yang tak tergapai oleh tangan kecilnya. Miris.

Atasanku berpesan, "Temukanlah orang yang baik, yang dewasa agar mengerti keadaanku. Jangan jadi seorang wanita yang menunggu pujaannya datang. Namun raihlah selagi kesempatan itu ada". 

Itu saja.

0 komentar:

Posting Komentar